BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehamilan
ektopik adalah kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan
berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.Keadaan yang
gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan
ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh
tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Istilah
kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
juga banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang
berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal, misalnya
kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kehamilan pada serviks uteri.
Kehamilan
ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat dihadapi oleh stiap dokter,
karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopikterganggu itu.Tidak
jarang yang menghadapi penderita untuk pertama kali adalah dokter umum atau
dokter ahli lainnya, maka dari itu, perlu diketahui setiap setiap dokter
klinikkehamilan optic terganggu serta diagnosis diferensialnya. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau
keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawa, perlu difikirkan kehamilan ektopik terganggu.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Menjelaskan pengertian dari kehamilan etopik serta menyebabkan
terjadinya kehamilan ektopik
Tujuan khusus :
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini :
1.
Mahasiswa memahami anatomi fisiologi
dari kehamilan ektpik
2.
Mahasiswa mampu memahami tentang
pengertian kehamilan ektopik
3.
Mahasiswa mampu memahami tentng
klasifikasi dari kehamilan ektopik
4.
Mahasiswa mampu memahami tentang
manifestasi klinis dari kehamilan ektopik
5.
Mahasiswa mampu memahami tentang
tanda dan gejala dari kehamilan ektopik
6.
Mahasiswa mampu memahami tentang
komplikasi kehamilan ektopik
7.
Mahasiswa memahami tentang
patofisiologi dari kehamilan ektopik
8.
Mahasiswa mampu memahami tentang
penatalaksanaan dari kehamilan ektopik
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Kehamilan
ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum
uterus.Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen.
Namun,kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi(Murria,2002).
Kehamilan
etropik terjadi bila telur yang dibuahi
berimplatasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan
ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars
intertisialis tuba dan kanalis servikalis masih termaksud dalam uterus, tetapi
jelas bersifat ektopik.
Kehamilan
ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh
tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Istilah
kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
juga banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang
berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal, misalnya
kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kehamilan pada serviks uteri.
Kehamilan
ektopik adalah implantasi dari pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium
kavum uteri(kapita selekta,2001)
Sebagian
besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba.Sangat jarang terjadi implantasi pada
ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimeter,
dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba,
terdapat kehamilan pars intersialis tuba, kehamilan pars ismika tuba, kehamilan
pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba.
B. Klasifikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, lokasinya kehamilan ektopik dapat dibagi
dalam beberapa golongan :
1. Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
e) Fimbrae
2. Uterus
a) Kanalis servikalis
b) Divertikulum
c) Kornua
d) Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus .
C. Manifestasi klinik
Pada kehamilan ektopik yang
mudah dan tidak terganggu terdapat gejala-gejala seperti pada kehamilan normal
yakni amenorea, enek sampai muntah dan sebagainya.Mungkin rasa nyeri kiri atau
kanan pada perut bagian bawah lebih sering ditemukan berhubung dengan tarikan
pada peritoneum berhubung dengan pembesaran tuba dengan kehamilan ektopik.
Uterus juga membesar dan lembek seperti pada kehamilan intra uteri, pada
kehamilan dua bulan mungkin disamping uterus yang membesar dapat ditemukan
tumor yang lembek dan licin, akan tetapi hal itu disebabkan oleh korpus luteum
graviditatis atau suatu tumor ovarium.
Amenorea diikuti oleh perdarahan
merupakan gejala yang sering dijumpai pada kehamilan ektopit.biasa perdarahan
tidak banyak tetapi dapat berlangsung cukup lama ,dan darah berwarnwa
hitam.seperti telah dikemukakan jika mudigih mati,desidua dapat dikeluarkan
seluruhnya;ada pemeriksaan histologi pada desidua ini tidak ditemukan villus
korialus
Abortus tuba ialah gangguan yang umumnya tidak begitu mendadak,dan dapan
memberti gambaran yang beraneka ragam.timbul perdarahan dari uterus kyang
berwarna hitam,dan rasa nyeri disamping uterus bertambah keras.pemerikssan
ditemukan disamping uterus sebuah tumor nyeri tekan ,agak pendek dan
batas-batas yang tidak rata dan
jelas,kadang-kadang uterus termaksud
dalam tumor tersebut. kavum dougelasi,menonjol kevagina karena darah
didalamnya,kadang-kadang teraba dengan jelas,hemtokele sebagai tumor agak lembek.satu gejala yang penting
ialah timbul nyeri yang cukup keras apabila serviks uteri
digerakan.
Tergantung dari banyaknya darah yang keluar kerongga perut,penderita
tampak biasa zaja.atau tampak anemis.suhu badan agak naik ,tetapi tidak
banyak.ditempat adanya hematosalping perut nyeri pada palpasi,dan
kadang-kadang dapat diraba,tumor pada
pemeriksaan tersebut.
Pada ruptur tuba peristiwa terjadi dengan mendadak dan keadaan penderita
umumnya lebih gawat.adanya enemi lebih tampak ,kadang-kadang penderita dalam
keadaan syok,dengan suhu badan menurun,nadi cepat,tekanan darah menurun,dan
bagian perifer badan terasa dingin.perut agak membesar,menunjukan tanda-tanda
rangsangan peritoneum dengan rassa nyeri yang keras pada palpasi.kadang-kadang
dapat ditemukan adanya cairan bebas dalam rongga perut.pada pemeriksaan
genekologik uterus tidak dapat diraba dengan jelas karena dinding perut
menegang dan uterus dikelilingi oleh darah.gerakan pada serviks uteri nyeri
sekali,dan kavum douglas terang menonjol.
Manisfestasi klinik pada klien
dengan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut.
1.Gambaran klinis kehamilan tuba
belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu menunjukan gejala-gejala kehamilan
muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa
dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek, walaupun
mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada bimanual.
2.Gejala kehamilan tuba
terganggu sangat berbeda-bada dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam
rongga perut sampai terdapat gejala yang tiadk jelas sehingga sukar dibuat
diagnosisnya.
3.Nyeri merupakan keluhan utama
pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah
terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan
yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk kedalam syok.
4.Amenore juga merupakan tanda
yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore tergantung pada kehidupan
janin, sehingga dapat berpriasi.
D. Etiologi
Sebagian
besar penyebab tidak banyak diketahui,kemungkinan faktor yang memegang peran
adalah sebagai berikut:
1. Faktor dalam lumen tuba:
endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
2.Faktor lumen tuba:
endometriosis tuba, diventrikel tuba kongenital.
3.Faktor di luar dinding lumen
tuba.
4.Faktor lain: migrasi luar
ovum, fertilisasi in vitro.
Menurut SarwonoPrawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (2008) adalahetiologi kehamilan ektopik sudah banyak
disebutkan karena secara patofisiologi mudah dimengrti sesuai dengan proses
awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum
uteri ataw diluar endomeamilan etrium, maka terjadilah ektopik.Dengan demikian.
Fakto-faktor yang menyebabkan terjadinya
hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik
in.
Factor- factor disebutkan adalah sebagai berikut :
a)Factor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tubah
menyempit atau buntu.Keadaan uterus yang mengalami hypoplasia dan saluran tubah
yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabakan fungsi silia tuba
tidak berfungsi dengan baik.juga pada keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba
dapat merupakan predisposisi terjadinya kehamian ektopik.Factor tuba yang lain
adalah adanya kelainan endometriosis tuba atau difertikel saluran tuba yang
bersifat kongenital. Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri, atau tumor ovarium yag menyebabkan perubahan
bentuk dan potensi tUba, juga dapat menjadi etiologic kehamilan ektopik.
b)Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau
tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot
akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan
tumbuh disaluran tubah .
c)Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral,dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang
sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
d)Faktor hormonal
Pada akseptor, pil kb yang hanya mengandung progesterone dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
e)Factor lain.
Termaksut disini antara lain adalah pemakan IUD dimana proses peradagan
yang dapat timbul pada endometrium dan endosapling dapat menyebabkan kehamilan
ektopik. Factor umur penderita yang sudah menuah.Dan factor perokok juga sering
dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.
E. Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba
pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi
secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi
pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya
dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen
oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.
Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili
khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak
jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari
beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon
esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus
menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua (4).
Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nukleus
hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang
dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma
mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis.
Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua
dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau
berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu
berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degenerative.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak
mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan
yang mungkin terjadi adalah
Prinsip
patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi
dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam
tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.
Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan
ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi
pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari
dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai
akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding
tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus
dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga
perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan
kematian.
Proses
implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada
yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping.Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telurmati secara dini dan kemudian diresorbsi.
Mengenai
nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba bukan
tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh
seperti dalam uterus.Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai10minggu. 1.Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati
dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di
ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di
anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Trofoblast
dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan
timbulnya perdarahan dalam lumen tuba.Darah itu menyebabkan pembesaran tuba
(hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul
di kavum Douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba
sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan
muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang
lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi
koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
F. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi
kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus tuba, aksierosif dari
trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak: ruptur
mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba
yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan
lokal dan infeksi sekunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan
dengan bekuan darah yang berkumpul.
G. Penatalaksanaan
a)Medis
(operasi)
1.
Tubektomi
Dalam
pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan
ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan
cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan
adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini
menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya
dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat
menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop
berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan
kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya
kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya,
ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih
tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan
sayatan yang lebih besar.
2.
Laparatomi
Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi)
atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar
kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit
kembali.
3.
Laparoskopi
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila
mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar
tuba.
4.
Tanfusi
darah
Penanganan
pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi, jika terjadi pendarahan yang berlebihan.
5.
Pemeriksaan laboratorium
Kadar haemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila terganggu.
6.
Dilatasi kuretase
7.
Kuldosintesi
yaitu suatu cara pemeriksaan
untuk mengetahui apakah di dalam kavum douglasi terdapat darah. Tehnik
kuldosintesi :
a.
Baringkan pasien dalam posisi litotomi.
b.
Bersihkan vulva dan vagina dengan
antiseptik.
c.
Pasang spekulum dan jepitbibir
belakang porsio dengan cunam serviks, lakukan traksi ke depan sehinggah forniks
posterior tampak.
d.
Suntikan jarum spinal no.18 ke
kavum Douglasi dan lakukan penghisapan dengan semprit 10 ml.
e.
Bila pada pengisapan keluar
darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai hitam yang tidak
membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.
8.
Ultrasonografi
Berguna pada
5-10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus .
b) Keperawatan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan
kemoterapi, dan
menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk mengurangi rasa nyeri dan
kecemasan.
Konseling pasca tindakan dan asuhan mandiri selama dirumah.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Anamnesa :
1.
Menstruasi
terakhir.
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran
persalinan (TP).TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT).Untuk menentukan TP berdasrkan HPHT dapat digunakan rumus Naegle, yaitu
hari ditambah tujuh, bulan dikurang tiga, tahun disesuaikan.
2.
Adanya
bercak darah yang berasal dari vagina.
3.
Nyeri
abdomen: kejang, tumpul.
4.
Jenis
kontrasepsi.
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibatkan buruk pada janin, ibu,
atau keduanya.Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didaptkan pada saat
kunjungan pertama.Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
saat kehamilan yang tidak dikatahui dapat berakibat buruk pada pembentukan
organ seksual janin.
5. Riwayat gangguan tuba sebelumnya.
Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melitus,
hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan.Oleh karena
itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus didokumentasikan.
6.
Tanda-tanda
vital.
Pemeriksaan
fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan untuk mendeteksi masalah fisik yang
dapat dipengaruhi kehamilan.
a.
Tanda-tanda
vital
1.
Tekanan
darah
Posisi
pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan mempengaruhi
tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi
duduk dengan posisi sejajar posisi
jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
2.
Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90
kali per menit.Takikardia bisa terjadi pada keadaan cemas, hipertiroid dan
infeksi.Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk dapat menentukan
keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan masalah sirkulasi
tungkai, nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
3.
Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama
hamil berkisar antara 16-24 kali per menit.Takipnea terjadi karena adanya
infeksi pernapasan atau penyakit jantung. Suara napas harus sama bilateral,
ekspansi paru simetris dan lapangan paru bebas dari suara napas abdominal.
4.
Suhu
Suhu normal selama hamil
adalah 36,2-37,60 C. Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi dan
membutuhkan perawat medis.
b.
Sistem
Kardiovaskular
1.
Bendungan
vena
Pemeriksaan sistem
kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan vena, yang bisa berkembang
menjadi varises. Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai, vulva dan rectum.
2.
Edema pada
ekstremitas
Edema pada tungkai merupakan
refleksi dari pengisian darah oada ekstermitas akibat perpindahan cairan
intravaskular keruan intertesial.Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau
jempol menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting
edema.Edema pada tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena
merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.
c.
Sistem musculoskeletal
1.
Postur tubuh
Mekanik tubuh dan perubahan
postur bisa terjadi selama kehamilan. Keadaan ini mengakibatkan regangan pada
otot punggung dan tungkai.
2.
Tinggi badan
dan berat
Berat badan awal kunjungan
dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat menentukan kenaikan berat badan
selama kehamilan.Berat badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi
badan kurang dari 150 cm ibu beresiko melahirkan prematurdan berat badan lahir
rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat mengakibatkan
diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan, persalinan seksio caesarea,
dan infeksi postpartum. Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan
berdasarkan indeks masa tubuh.
3.
Pengukuran
pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada
awal kehamilan untuk menentukan diameternya yang berguna untuk persalinan per
vaginaan.
4.
Abdomen
Kontur,ukuran dan tonus otot
abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas
simfisis pubis.Kandung kemih harus dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan
untuk menentukan keakuratannya.Pengukuran metode Mc. Donal dengan posisi ibu
berbaring.
Nyeri merupakan keluhan utama
pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah
terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan
yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk kedalam syok. Intensitas nyeri berkisar
antar 9-10 nyeri hebat
d.
Sistem
neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap
tidak begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki tanda dan gejala yang
mengindikasikan adanya masalah.Pemeriksaan reflek tendo sebaiknya dilakukan
karena hiperfleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan.
e.
Sistem
integumen
Warna kulit biasanya sama
dengan rasnya. Pucat menandakan anemis, jaundice menandakan ganguan pada hepar,
lesi hiperpigmentasi seperti closma gravidarum, sreta linea nigra berkaitan
dengan kehamilan dan strie perlu dicatat. Penempangan kuku berwarna merah muda
menandakan pengisian kapiler dengan baik.
f.
Sistem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar
tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan menandakan hipertiroid dan perlu
pemeriksaan lebih lanjut.
g.
Sistem
gastrointestinal
1.
Mulut
Membran
mukosa berwarna merah muda dan lembut .bibir bebas dari ulserasi, gusiberwarna
kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan estrogen yang mengakibatkan
hiperplasia.Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan kedokter gigi secara
teratur karena penyakit periodontal menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya
persalinan prematur.Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk melakukan
perawatan gigi.
2.
Usus
Stestokop
yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk ibu hamil.Bising
usus bisa berkurang karena efek progesteron pada otot polos, sehingga
menyebabkan konstipasi.Peningkatan bising usus terjadi bila menderita diare.
h.
Sistem
urinarius
Pengumpulan urine untuk
pemeriksaan dilakukan dengan cara urine tengah. Urine diperiksa untuk
mendeteksi tanda infeksi saluran kemih dan zat yang ada dalam urine yang
menandakan suatu masalah.
1.
Protein
Protein seharusnya tidak ada
dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal ini menandakan adanya
kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada kehamilan,
2.
Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang
kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada ibu hamil. Glukosa dalam jumlah
yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah
3.
Keton
Keton ditemukan dalam urine
setelah melakukan aktivitas yang berat atau pemasukan cairan dan makanan yang
tidak adekuat
4.
Bakteri
Peningkatan bakteri dalam
urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih yang bisanya terjadi pada ibu
hamil
i.
Sistem
reproduksi
1.
Ukuran
payudara, kesimetrisan, kondisi putting dan pengeluaran kolostrum perlu
dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada payudara membutuhkan pemeriksaan
lebih lanjut.
2.
Organ
reproduksi eksternal
Kulit dan
membran mukosa perineum, vulva dan anus perlu diperiksa dari eksiorisasi,
ulserasi, lesi, varises dan jarinagn parut pada perineum
3.
Organ
reproduksi internal
a)
Serviks
berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan berwarna merah kebiruan pada
ibu hamil yang disebut tanda Chadwik.
b)
Vagina
:mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen sehingga tampak
makin merah dab kebiru biruan.
c)
Ovarium
(indung telur) : dengan terjadinya kehamilan, indung telur mengandung korpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang
sempurna pada umur 16 minggu.
7.
Tes
laboratorium: Ht dan Hb menurun
a. Urine :
1. Protein: Hasil
negative menunjukkan keadaan yang normal
2. Glukosa: adanya
glukosa dalam urine ibu hamil harus dianggap sebagai gejala DM, kecuali dapat
membuktikan bahwa hal-hal lain menyebabkannya
3. Pemeriksaan sedimen : untuk melihat adanya gangguan pada ginjal
b. Darah:
1. HB: 5 gr %
2.
Eritrosit: 3,5 juta/mm3
3.
Leukosit:
8000-10.000 mm3
c.
HCG :
Terdapat kuman chorionic gonadotropin dalam urine dihasilkan oleh
tropulus ketika ovum yang dibuahi terbenam dalam endemetrium.
d.
Pemeriksaan
USG:
Beberapa variabel janin dan
plasenta lebih jelas dan lebih detail dan tidak ada kontraindikasi pemeriksaan
USG dalam kehamilan
e.
Non-Stres
Test (NST):
Ada 8 Pemeriksaan 10 T di antaranya :
a.
TB dan BB : tinggi badan yang diharuskan untuk kehamilan adalah 150 cm dan
kenaikan berat badan selama kehamilan berkisar antara 11-13,5 kg, pada
trimester I kenaikannya kurang lebih 1 kg, trimester II kurang lebih 5 kg dan
trimester III kurang lebih 5,5 kg.
b.
Tekanan darah :Posisi
pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan mempengaruhi
tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi
duduk dengan posisi sejajar posisi
jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang
didapatkan.
c.
TFU
Leopold I : menentukan usia
kehamilan dan tinggi fundus uteri dalam cm
Leopold II : menentukan
bagian janin, punggung kiri & punggung kanan
Leopold III : menentukan bagian
terendah janin, apakah kepala atau bokong
Kepala : bundar, keras dan melenting
Bokong :
tidak bundar, keras dan melenting
Leopold IV: mengukur seberapa jauh kepala masuk di PAP (pintu atas
panggul)
d.
TT: pemberian imunisasi selama kehamilan dilakukan
sebnyak 4 kali. Pada trimester I satu kali, trimester II satu kali dan
trimester III dua kali
e.
Tablet: selama hamil ibu diberikan
tablet FE sebanyak 90 tablet fungsinya yaitu untuk membantu pertumbuhan tulang janin,
waktu meminumnya 1x1 setiap malam sebelum tidur.
f.
Temu Wicara (HE) :
dilakukan untuk memberikan health education pada ibu hamil dan memberikan
penjelasan pada ibu hamil yang mengalami keluhan-keluhan selama kahamilan
g.
Torch/Toksoplasma : pemeriksaan melalui LAB yang gunanya untuk mengetahui apakah ibu hamil
terinfeksi bakteri toksoplasma
h.
Pemeriksaan
reduksi urine atas indikasi
i.
Pemberian
terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
j.
Pemberian
terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria
B. Diagnosis
Keperawatan
Kemungkinan diagnosis
keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut.
1.
Devisit
volume yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi sebagai efek
tindakan pembedahan.
2.
Nyeri yang
berhubungan dengan rupture tuba falopi, perdarahan intraperitoneal.
3.
Kurangnya
pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
4.
Ansietas yang
berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan
maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur.
C. Intervensi
keprawatan
Diagnosis 1: Devisit volume
cairan yang berhubungan dengan rupture lokasi implantasi sebagai efek dari
tindakan pembedahan.
Kriteria hasil:
Ibu menunjukan kestabilan /perbaikan
keseimbangan cairan yang di buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil,
pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi serta berat jenis
urine adekuat.
.
Rencana Intervensi
|
Rasional
|
|
Mandiri
|
||
1.
|
Monitor tanda-tanda vital
|
Monitor tanda-tanda vital akan mengetahui keadaan dan perkembangan
|
2.
|
Kaji pendarahan (jumlah ,warna,
gumpalan)
|
Mengkaji pendarahan ,jumlah,warna,gumpalan akan mengetahui
gejala-gejala syok
|
3
4.
|
Cek hemolobin.
Berikan tranfusi darah
|
Cek hemoglobin akan mengetahui keaadan hb klien
Memberikan tranfusi darah akan menggantikan banyaknya darah yang
keluar.
|
Kolaborasi:
|
||
4.
|
Lakukan pemeriksaan rhesus golongan darah.
|
Pemeriksaan tersebut memudahkan melakukan tranfusi
|
Diagnosis 2 : Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba falopi, perdarahan intraperitoneal.
Tujuan : setelah di lakukan
tindakan selama....x24 jam nyeri berkurang.
Dengan kriteria hasil :
a.
Nyeri yang di rasakan berkurang
b.
Skala nyeri : 3
c.
Klien tampak rileks
Rencana
intervesi
|
Rasional
|
||
1.
|
Kaji tingkat dan skala nyeri
|
1.
|
Untuk mengetahui keadaan klien
dalam menghadapi nyeri
|
2.
|
Anjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi (tarik nafas dalam )
|
2.
|
Dengan melakukan teknik
relaksasi rasa nyeri yang di rasakan menjadi berkurang.
|
3.
|
Ajarkan klien
untuk melakukan teknik distraksi
|
3.
|
Dengan teknik distraksi itu
untuk melancarkan peredaran darah merenggangkan otot-otot yang kaku.
|
4.
|
Kolaborasi :
Berikan terapi obat analgetik sesuai
dengan indikasi.
|
4.
|
Obat analgetik memberikan rasa
nyeri menjadi berkurang.
|
D. Implementasi
Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
D. Evaluasi
Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan
ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar
cavum uterus.Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan
abdomen. Namun,kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi
(Murria,2002).
Kehamilan
etropik terjadi bila telur yang dibuahi
berimplatasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan
ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars
intertisialis tuba dan kanalis servikalis masih termaksud dalam uterus, tetapi
jelas bersifat ektopik.
Dan pada asuhan
keperwatan untuk kehamilan ektopik di awali dengan pengkajian sampai dengan
evaluasi.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi pedoman dan menambah pengetahuan
tentang kehamilan ektopik terganggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar