BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Glaukoma berasal
dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata
glaucoma ditandai dengan
meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya
lapang pandang
Glaukoma
merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumalah 0,40%
penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,60% penduduk
prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%, pterigium
8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%, glaucoma 0,40%,
retinopati 0,17%, strabismus 0,12%. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata
adalah lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua 0,16%, kelainan refaksi 0,11%,
retina 0,09%, kornea0,06%, dan lain-lain0,03%, prevalensi total 1,47%.
(Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang
menderita glaucoma. Diantaranya mereka hamper setenganya mengalami gangguan
penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5.500 orang
buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan
penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C.
smeltzer.2001).
B.
Tujuan
Makalah
1. Tujuan
Umum
Agar
mahasiswa/i dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentang glaukoma
dan mampu melaksanakan asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a.
Mampu memahami konsep dasar dari glaukoma,
b.
Mampu menjelaskan bagaimana etiologi, patofisiologi dan terapinya,
c.
Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien glaucoma,
d.
Mampu menganalisis data pada pasien dengan penyakit
glaucoma,
e.
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan glaucoma,
f.
Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan
glaukoma.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola
mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan
kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan
tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma
adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra
okuler.( Long Barbara, 1996)
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo
(2009),bahwa Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik,
penyempitan lapang pandang dan penurunan
tajam pengelihatan.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di
dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan
menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009)
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh
tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi. (Mansjoer, Arif :
2001)
Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala
peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi
mata yang permanen. (Mansjoer, Arif : 2001).
Jadi menurut kelompok kami glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana
meningkatnya tekanan intra okuler baik akut atau kronis, sehingga menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan.
1.
Klasifikasi
glaukoma
Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :
1. Glaukoma
Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya.
Pada galukoma akut yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa
sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena
keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka
panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Glaukoma
sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka Merupakan
sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya
kejadian dan kelainan berkembang Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg
berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejalaawal biasanya tidak
ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul
2. Glaukoma
sudut tertutup / sudut semut (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut
sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara otomatis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke
saluran schlemm. Pargerakan iris ke
depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma
Sekunder
Adalah glaukoma yang
diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola mata, yang
menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume cairan dari dalam mata .
Misalnya glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi lensa,
katarak instrumen, oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.
3. Glaukoma
Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi
dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang ( 0,05 %)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos), lakrimasi.
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
2.
Berdasarkan
lamanya glaukoma dibedakan menjadi:
a. Glaukoma
akut
penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan
intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Glaukoma
kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan
tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang
permanen.
3.
Anatomi dan Fisiologi
Didalam
mata terdapat dua macam cairan yaitu:
1. Aqueus
humor
Cairan ini berada di depan lensa.
2. Vitreus
humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan
seperti agar-agar yang berada dibelakang mata, mulai dari lensa hingga retina.
(Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini ciran yang mengalami gangguan yang
dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini
berasal dari badan sisiari mengalir kea
rah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran
darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai
saluran schlemm. ( Evelin C. Pearce :
317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya hambatan abnormal terhadap
aliran aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier sehingga
terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-70
mmHg.
B.
Etiologi
1. Glaukoma
primer terdiri dari :
a. Akut:
dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik
: dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: diabetes mellitus,
arterisklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, myopia tiggi dan
progresif.
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain,
seperti: katarak, perubahan lensa kelainan uvea pembedahan.
C. Manifestasi klinik
1.
Glaukoma primer
a.
Glaukoma sudut terbuka
Ø Kerusakan
visus yang serius
Ø Lapang
pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
Ø Perjalanan
penyakit progresif lambat
b.
Glaukoma sudut tertutup
Ø Nyeri
hebat didalam dan sekitar mata
Ø Timbulnya
halo/pelangi disekitar cahaya
Ø Pandangan
kabur
Ø Sakit
kepala
Ø Mual,
muntah
Ø Kedinginan
Ø Demam
baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat sedemikian
kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak
begitu dirasakan oleh klien.
2.
Glaukoma sekunder
Ø Pembesaran
bola mata
Ø Gangguan
lapang pandang
Ø Nyeri
didalam mata
3.
Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan
D. Pemeriksaan Penunjang
1.
Glaukoma Akut
Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan
tekanan, parimetri genioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
2.
Glaukoma Kronik
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri
menunjukkan peningkatan, nilai dianggap mencurigakan bila berkisar antara 21 –
25 mmHg dan dianggap patologik bila berada diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan
papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat
dan terdapat perdarahan pada pupil.
3. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan
lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga rone, atau stroma busur.
Uji provokasi minum air, uji variasi
diurnal dan ujian provokasi steroid dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan.
4. Pengukuran tekanan
intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan sudut bola mata dengan
genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat perimetri.
5. Pengecekan terhadap
kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg Retinal Tomography (HRT)
atau Optical Coherence Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan teratur.
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan teratur.
6. Pemasangan keran Ahmed
Valve
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran buatan yang populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar, sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran buatan yang populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar, sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.
E. Penatalaksanaan Medis
1.
Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
a.
Obat-obat miotik
·
Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari),
karbakol (0,75–3 %)
·
Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal
0,25 %)
b.
Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
·
Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
·
Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
c.
Carbonucan hidrase intibitor
·
Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
·
Diklorfenamid (metazolamid)
d. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat
organ disorotkan langsung kejaringan trabekuler untuk merubah susunan jaringan
dan membuka aliran dari humor Aguos dan iridektomi.
e.
Tindakan
bedah trabeculectomy.
F.
Patofisiologi
Rongga
anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/
bermuara aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous
humor diproduksi secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian
posterior irisdan mengalir melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous
humordisalurkan melalui canal Schlemm disekitar mata dan berada pada bagian
sudut camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris perifer dan kornea
dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan penyerapanaqueous
humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative konstan.
TIO berkisar 10-20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi
dan naik sampai 5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang
dapat menimbulkan kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan
disebabkan abstruksi/sumbatan dari penyerapan aqueous humor.
G.
Pathway
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata
Obstruksi jaringan peningkatan tekanan
Trabekuler Vitreus
Hambatan
pengaliran pergerakan iris kedepan
Cairan
humor aqueous
Nyeri
|
TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat
Gangguan saraf optik tindakan operasi
Perubahan penglihatan perifer
Trabekulectomy
- Nyeri
- Resikocedera resiko infeksi
|
angguan
persepsi sensori penglihatan
|
Anxietas
|
Kurangnya Resiko cedera
pengetahuan
H.
Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.
Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal,
pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan
kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat.
Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan
siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan
pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan
rasa sakit.
BAB
III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan,
pekerjaan, tgl MRS, diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan.
2.
Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat
tinggi, nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan
bengkak.
3.
Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan
sampai terjadi nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata
merah dan bengkak.
b.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan
apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
c.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam
garis vertikal atau horisontal memiliki penyakit yang serupa.
4.
Pola – pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola persepsi dan tatalaksana hidup
sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan
klien tentang penyakit yang diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri
dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan kesehatan.
b.
Pola nutrisi dan metabolik
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami
perubahan. Pada pola nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji
pola makan dan komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa
banyak jumlahnya.
c.
Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan,
akan tetapi tetap dikaji konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
d.
Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah /
sulit tidur karena nyeri / sakit hebat menjalar sampai kepala.
e.
Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi
penglihatan klien mengalami penurunan.
f.
Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa
cemas terhadap penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri.
g.
Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada
fungsi penglihatan dan pada kongnitif tidak mengalami gangguan.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,
fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan air mata.
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan air mata.
h.
Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan
klien dengan keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena
penyakit yang dideritanya.
i.
Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
j.
Pola penanggulangan
stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya
dan fungsi penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
k.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
5.
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan,
kesadarannya, serta pemeriksaan TTV.
b.
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri
hebat pada kepala, mata merah, edema kornea, mata terasa kabur.
c.
Pemeriksaan Integumen
Meliputi
warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi
frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan Sistem
Gastrointestinal
Pada
klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi
terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak
ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori
terjadi gangguan karena terbatasnya lapang pandang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin
Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan :
Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau
patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi :
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
e. Tes Provokatif
:digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat
ringan.
f. Pemeriksaan
oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED
:Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum,
dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa
:menentukan adanya DM.
B. Diagnosa
Keperawatan
Ø Pre operasi
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan
TIO
2.
Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan
dengan serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
3.
Cemas berhubungan dengan :
a. Penurunan
ketajaman penglihatan
b. Kurang
pengetahuan tentang prosedur pembedahan
Ø Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan
luka insisi operasi.
C. Analisa
Data
No
|
Data Fokus
|
Penyebab/ Etiologi
|
Masalah keperawatan
|
1
|
Ds :
Mengatakan mata tegang. Nyeri hebat, lebih
sakit untuk melihat.
Do :
· Meringis, menangis
menahan nyeri.
· Sering memegangi mata.
|
Obtruksi jaringan trabekuler
↓
Hambatan pengaliran aqueus humor
↓
TIO meningkat
↓
Nyeri
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan meningkatan TIO
|
2
|
Ds:
Menyatakan penglihatan kabur, tidak jelas,
penurunan area penglihatan.
Do:
· Pemeriksaan lapang
pandang menurun.
· Penurunan kemampuan
identifikasi lingkungan (benda, orang, tempat
|
TIO meningkat
↓
Gangguan saraf optik
↓
Perubahan penglihatan perifer
↓
Gangguan
persepsi sensori penglihatan
|
Penurunan
persepsi sensori visual/penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh
karena peningkatan TIO
|
3
|
Ds:
· Mengatakan takut
dioperasi
· Sering menanyakan
tentang operasi
Do:
· Perubahan tanda vital
peningkatan nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan
· Tampak gelisah, wajah
murung, sering melamun
|
TIO meningkat
↓
Gangguan saraf optik
↓
Perubahan penglihatan perifer
↓
Cemas
|
Cemas
berhubungan dengan penurunan penglihatan/ kurang pengetahuan tentang prosedur
pembedahan
|
4
|
Ds:
Mengatakan nyeri/tegang.
Do: Gelisah,
kecenderungan memegang daerah mata.
|
Peningkatan tekanan vitreus
↓
Pergerakan iris kedepan
↓
TIO meningkat
↓
Tindakan operasi
↓
trabekulectomy
↓
Nyeri
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
|
5
|
Ds:
· Keinginan untuk
memegang mata
· Menyatakan nyeri
sangat
Do: - Perilaku
tidak terkontrol
-
Kecenderungan memegang darah operasi
|
TIO meningkat
↓
Tindakan operasi
↓
trabekulectomy
↓
Resiko
infeksi
|
Resiko
infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi.
|
D. Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan Dan Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan peningkatan TIO
|
Tujuan
:
Nyeri hilang atau berkurang dalam waktu
1x24 jam.
Kriteria
hasil:
· Klien dapat
mengidentifikasi penyebab nyeri.
· Klien menyebutkan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri.
· Klien mampu melakukan
tindakan untuk mengurangi nyeri.
|
a.
Kaji tingkat nyeri.
b.
Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit selama masa
akut.
c.
Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai peranan.
d.
Pertahankan tirai baring ketat pada posisi semi
fowler.
e.
Berikan lingkungan gelap dan terang.
f.
Berikan analgesic yang diresepkan peran dan evaluasi
efektifitasnya
|
a.
Memudahkan
tingkat nyeri untuk intervensi selanjutnya.
b.
Untuk
mengidentifikasi kemajuan atau
penyimpanan dari hasil yang diharapkan.
c.
Setelah
TIO pada glaukoma sudut terbuka, pembedahan harus segera dilakukan secara
permanent menghilangkan blok pupil.
d.
Pada
tekanan mata sudut ditingkatkan bila sudut datar.
e.
stress dan sinar menimbulkan TIO yang mencetuskan
nyeri.
f.
untuk mengontrol nyeri, nyeri berat menentukan
menuvervalasava, menimbulkan TIO.
|
2
|
Penurunan
persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh
karena peningkatan tekanan intra okuler.
|
Tujuan:
Peningkatan persepsi sensori dapat berkurang
dalam waktu 1 x 24 jam
kriteria
hasil :
· klien dapat meneteskan obat mata dengan benar
· Kooperatif dalam tindakan
· Menyadari hilangnya pengelihatan
secara permanen
· Tidak terjadi penurunan visus
lebih lanjut
|
a. Kaji dan catat ketajaman
penglihatan
b.
Kaji
tingkat deskripsi fugnsional terhadap penglihatan dan perwatan
c.
Sesuaikan
lingkungan dengan kemampuan penglihatan.
d.
Kaji
jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima Klien.
e.
Observasi
TTV.
f.
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi.
|
a.
Menentukan
kemampuan visual.
b.
Memberikan
keakuratan terhadap penglihatan dan perawatan.
c.
Meningkatkan
self care dan mengurangi ketergantungan.
d.
Meningkatkan
rangsangan pada waktu kemampuan penglihatabn menurun.
e.
Mengetahui
kondisi dan perkembangan klien secara dini.
f.
Untuk
mempercepat proses penyembuhan
|
3
|
Cemas berhubungan dengan penurunan penglihatan, kurang
pengetahuan tentang pembedahan
|
Tujuan
:
Cemas klien dapat berkurang dlam
waktu 1 x 24 jam
Kriteria Hasil :
· Berkurangnya perasaan gugup
· Posisi tubuh rileks
· Mengungkapkan pemahaman tentang
rencana tindakan
|
a.
Hati-hati
penyampaian hilangnya penglihtan secara permanen.
b. Berikan kesempatan klien
mengekspresikan tentang kondisinya.
c. Pertahankan kondisi yang rileks.
d.
Observasi
TTV.
e.
Siapkan
bel ditempat tidur dan instruksi Klien memberikan tanda bila mohon bantuan
f.
Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian terapi
|
a.
Jika
klien belum siap akan menambah kecemasan.
b.
Mengekspresikan
perasaan membantu Klien mengidentifikasi sumber cemas.
c.
Rileks
dapat menurunkan cemas.
d.
Untuk
mengetahui TTV dan per-kembangannya.
e.
Dengan
memberikan perhatian akan menambah kepercayaan klien.
f.
Diharapkan
dapat mempercepat proses penyembuhan
|
4
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
|
Nyeri berkurang, hilang, dan terkontrol.
Kriteria hasil :
· Klien mendemonstrasi-kan
teknik penurunan nyeri
· Klien melaporkan nyeri
berkurang atau hilang.
|
a. Kaji derajat nyeri
setiap hari.
b. Anjurkan untuk
melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak.
c. Anjurkan pada klien
untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat memicu nyeri.
d. Ajarkan teknik
distraksi dan relaksasi.
e. Lakukan tindakan
kolaboratif dalam pemberian analgesik topikal/ sistemik.
|
a.
Normalnya, nyeri terjadi dalam waktu kurang dari 5 hari setelah
operasi dan berangsur menghilang. Nyeri dapat meningkat sebab peningkatan TIO
2-3 hari pasca operasi. Nyeri mendadak menunjukan peningkatan TIO masif.
b.
Meningkatkan kolaborasi , memberikan rasa aman untuk peningkatan
dukungan psikologis.
c.
Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri seperti gerakan
tiba-tiba, membungkuk, mengucek mata, batuk, dan mengejan.
d.
Mengurangi ketegangan, mengurangi nyeri.
e.
Mengurangi nyeri dengan meningkatan ambang nyeri.
|
5
|
Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
|
Tujuan :
Tidak terjadi cedera mata pascaoperasi
Kriteria Hasil :
· Klien menyebutkan
faktor yang menyebabkan cedera.
· Klien tidak melakukan
aktivitas yang meningkatkan resiko cedera
|
a. Diskusikan tentang
rasa sakit, pembatasan aktifitas dan pembalutan mata.
b. Tempatkan klien pada
tempat tidur yang lebih rendah dan anjurkan untuk membatasi pergerakan
mendadak/ tiba-tiba serta menggerakkan kepala berlebih.
c. Bantu aktifitas selama
fase istirahat. Ambulasi dilakukan dengan hati-hati.
d. Ajarkan klien untuk
menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera.
e. Amati kondisi mata :
luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak, nyeri yang tidak
berkurang dengan pengobatan, mual dan muntah. Dilakukan setiap 6 jam asca
operasi atau seperlunya.
|
a. Meningkatkan kerjasama
dan pembatasan yang diperlukan.
b. Istirahat mutlak
diberikan 12-24 jam pasca operasi.
c. Mencegah/ menurunkan
risiko komplikasi cedera.
d. Tindakan yang dapat
meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata pasca operasi antara
lain:
· Mengejan ( valsalva
maneuver)
· Menggerakan kepala
mendadak
· Membungkuk terlalu lama
· Batuk
e. Berbagai kondisi
seperti luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak, hiperemia,
serta hipopion mungkin menunjukan cedera mata pasca operasi.
|