Senin, 22 April 2013

ASKEP ABORTUS


BAB II
TINJAUAN TEORI
A.   Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Kapita Selekta, 2000).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,PurnawanKapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga).

B.     Klasifikasi
1.         Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks
2.         Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus
3.         Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus
4.         Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan
5.         Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus eksternum yan g tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding menipis
6.         Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih


C.     ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1.      Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a.       Kelainan kromosom terutama trisomi autosom dan monosomi X
b.      Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c.       Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alcohol
2.      Kelainan pada plasenta, misalnya: endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
3.      Faktor maternal, seperti: pneumonia, tipus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4.      Kelainan traktus genitalia, seperti: inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri dan kelainan bawaan uterus.

D.    PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta.Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.



E.     MANIFESTASI KLINIS
1.      Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2.      Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3.      Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4.      Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
5.      Pemeriksaan ginekologi
a.       Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau bususk dari vulva.
b.      Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c.       Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

F.      PENATALAKSANAAN
1.      Abortus iminens
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat dan dengan penangan sebagai berikut:
a.       Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik berkurang.
b.      Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
c.       Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d.      Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1.000 mg.
e.       Diet tinggi protein dan tambahan vitamin Ca
f.       Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.      Abortus insipiens
Bila perdarahan diikuti dengan dilatasi serviks dan dengan penangan sebagai berikut:
a.       Bila perdarahan tidak banayak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b.      Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
c.       Pada kehamilan lebih dari 2 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes/menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d.      Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
3.      Abortus inkomplit
Bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genitalia disebut abortus infeksiosa, serta dengan penangan sebagai berikut:
a.       Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan secepat mungkin di transfusi darah.
b.      Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
c.       Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
d.      Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4.      Abortus komplit
Bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus, yaitu dengan cara penangan sebagai berikut:
a.       Bila kondisi baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
b.      Bila anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
c.       Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
d.      Anjurkan untuk diet tinggi protein, vitamin dan mineral.


G.    KOMPLIKASI
Menurut Kapita Selekta Kedokteran th 2000
a.       Perdarahan
b.      Perforasi
c.       Syok
d.      Infeksi
e.       Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.

H.    TANDA DAN GEJALA
Menurut Obstetri Kebidanan
1.      Abortus imminens yaitu:
a.       Mules sedikit atau sama sekali tidak
b.      Uterus membesar sebesar tuanya kehamilan
c.       Serviks belum membuka
d.      Tes kehamilan positif
e.       Perdarahan pervaginam
2.      Abortus inkomplitus
a.       Perdarahan pervaginam, tidak akan berhenti sampai hasil konsepsi dikeluarkan
3.      Abortus komplitus
a.       Perdarahan pervaginam, mungkin disertai hasil konsepsi
b.      Tampak pucat, konjungtiva anemis
c.       Tanda syok bila perdarahan banyak
d.      Kontraksi uterus (+)

I.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2.      Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3.      Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.  Pengkajian
Jika selama kehamilan ditemukan perdarahan, identifikasi:
1.    Lama kehamilan
2.    Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya dan aktivitas yang mempengaruhi
3.    Karateristik darah: merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah dan lendir
4.    Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas serta pusing
5.    Gejala-gejala hipovolemia seperti sinkop

B.  Diagnosa Keperawatan
1.    Kekurangan volume cairan berhubungan denga kehilangan vaskuler berlebih
2.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan injury biologis
3.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4.    Cemas b.d perubahan status kesehatan
5.    Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi

C.  Intervensi Keperawatan
No
Dx Keperawtan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Kekurangan volume cairan berhubungan denga kehilangan vaskuler berlebih
Tupan :
Kebutuhan volume cairan dapat terpenuhi

Tupen :
Setelahdilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam volume cairan terpenuhi dengan kriteria hasil :
a.    Pasien mengungkapkan tidak lemah, dan tidak merasa haus lagi
b.    Mukosa bibir lembab
c.    Turgor kulit normal
d.   Mata tidak cekung
1.         Observasi TTV


2.         Posisikan ibu dengan tepat (semi fowler)



3.         Lakukan tirah baring dan menghindari ibu untuk valsava manufer
4.         Laporkan serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah
1.      Mengetahui keadaan umum klien
2.      Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul menghindari kompresi vena
3.      Pendarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas






4.      Untuk mengetahui perkiraan banyak nya kehilangan darah
2
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan injury biologis
Tupen :
Nyeri teratasi

Tupan :
Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam nyeri teratasi dengan kriteria hasil :
a.    Pasien tidak mengeluh nyeri lagi
b.    Skala nyeri berkurang (<3)
1.    Observasi TTV


2.    Jelaskan nyeri yang di derita klien serta penyebabnya
3.    Tentukan riwayat nyeri. Misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitasnya
4.    Berikan tindakan fixsasi (misalnya dengan gurita)
5.    Kolaborasi
Berikan analgetik
1.    Untuk mengetahui keadaan umum klien
2.    Meningkatkan koping klien dalam mengatasi nyeri
3.    Untuk mengetahui lokasi nyeri, skala, dan intensitasnya


4.    Untuk mengurangi nyeri

5.    Untuk mengurangi nyeri
3
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
Tupan :
Tidak terjadi infeksi

Tupen :
Setelah dilakukan tindakan 3x 24 jam pasien tidak mengalami infeksidengan kriteria hasil : 1. Tidak merasa nyeri pada daerah vulva.
2. Tidak merasa gatal 3. TTV normal
1.    Observasi TTV


2.    Terangkan pada klien pentingnya vulva hygiene
3.    Lakukan teknik vulva hygiene




4.    Tingkatkan teknik cuci tangan yang benar untuk meningkatkan personal hygiene klien
1.    Mengetahui keadaan umum klien
2.    Untuk mencegah terjadinya infeksi berkelanjutan
3.    Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi
4.    Membantu mencegah penularan bakteri
4
Cemas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin
Tupan :
Klien tidakn merasa cemas dan sudah merasakan ketenangan.

Tupen :
Setelah dilakukan tindakan 3x24jam pasien tidak mengalami cemas. Dengan ktriteria hasil:
a.          Klien tampak tenang
b.          Klien tidak terlihat cemas lagi


1.  Jelaskan prosedur dan arti gejala





2.  Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis serta beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan






3.  Pantau respon verbal dan non verbal ibu dan pasangan.


4.  Libatkan ibu dalam perencanaan dan berpatisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin
1. Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi
2. Pengetahuan akan membantu ibu untuk mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi sebaiknya tertulis, agar nantinya memungkinkan ibu untuk mengulang informasi akibat tingkat stress.
3.  Menandai tingkat kecemasan yang sedang dialami ibu atau pasangan.


4.  Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi sehingga dapat menurunkan rasa takut

5
Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
Tupan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi.

Tupen :
1.      Klien tampak bisa beraktifitas seperti biasa nya.

1.      Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.





2.      Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan.

3.      Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
4.      Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien

1.      Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.
2.      Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3.      Mengistiratkan klilen secara optimal.


4.      Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan

















BAB IV
PENUTUP

A.        Kesimpulan
Suatu kehamilan dikatakan abortus apabila kehamilan tersebut terhenti atau gagal dipertahankan pada usia kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gr. Penyebab kelainan hasil konsepsi yaitu : abnormalitas uteri, kerusakan pada serviks, penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat, penyakit, trauma. Faktor hormonal, dan kelainan plasenta. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002). Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain, penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, toksin, bakteri,  virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus, penyakit menahun, dan kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, 2002). Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
B.        SARAN




DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar