ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK SISTEM PENCERNAAN: MARASMUS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah
Keperawatan Anak
Di sususn oleh :
Kelompok 3
1. Ariska
C.V
2. Gina
sonia
3. Lusiana
bara susanti
4. Nurhayati
5. Riska
pratiwi
6. Rokayah
7. Farhan
firmansyah
8. Martin
armando
AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON
Jalan Perjuangan Majasem Kota Cirebon Telp. (0231) 487282
Tahun ajaran 2012/2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada anak
marasmus.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Namun
demikian, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.
Penulisan makalah ini tidak akan
selesai bila tanpa dorongan, bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan rasa
terimakasih kepada :
1. H.Iman
Zaenudin, AMK. M.Pd, selaku direktur Akademi Keperawatan Dharma Husada Cirebon.
2. Nur asiyah S.kep,.ners
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak
3. Teman-teman
Mahasiswa angkatan ke 16 serta semua pihak yang ikut serta dalam penyusunan
makalah ini.
Meski
masih jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat, khususnya
bagi penulis dan Mahasiswa Akper Dharma Husada Cirebon dan umumnya kepada para
pembaca yang budiman.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Marasmus adalah
bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang
berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).Marasmus adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi,
2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah
dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan
pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi
protein dan kalori. (Nelson, 1999:212)
Marasmus dapat
terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang
diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti
infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan
metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin,
1990:116).
Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa
jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Keadaan ini
memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya
baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin. Pemberian terapi cairan
dan elektrolit.Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare
berat.
Pengkajian riwayat status
sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji
manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji
tanda-tanda vital.Penanganan KKP berat Secara garis besar, penanganan KKP berat
dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal
ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase
rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini asuhan keperawatan ini adalah
untuk membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya
MARASMUS pada anak.
C. MANFAAT
Manfaat dari asuhan keperawatan anak dengan PENYAKIT MARASMUS Ini
bermanfaat untuk melakukuan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose
keperawatan, proses kaperawatan, implementasi, evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
DEFINISI
Marasmus adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi
berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene
kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan
satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang
diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan
dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air. (Arisman,
2004:157).
Dapat di simpulkan bahwa marasmus
adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama
akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun
pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
B. KlASIFIKASI
Untuk kepentingan
praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan
perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema :
gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor
(Ngastiyah, 1997)
C.
ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus
adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup,
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
Marasmus dapat terjadi
pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang
diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,
kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan
metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)
D.
PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan
tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan
Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
E.
MANISFESTASI KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan,
disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan
turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan
hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama
beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung
dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal,
nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan
nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus
dan sedikit. (Nelson,2004).
Selain itu manifestasi marasmus adalah
sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3.
Irritable
4.
Kulit
keriput (turgor kulit jelek)
5.
Ubun-ubun cekung pada bayi
6.
Jaringan
subkutan hilang
7.
Malaise
8.
Kelaparan
9.
Apatis
F. PENATALAKSANAAN
1.
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2.
Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3.
Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4.
Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang
berat badan, kaji tanda-tanda vital.
Penanganan
KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
·
Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
·
Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
·
Pengobatan infeksi
·
Pemberian makanan
·
Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin,
anemia berat dan payah jantung.
A. Menurut Arisman, 2004:105
- Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
- Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
- Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
- Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
- Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.
B. Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa
kritis,
yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan
dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
·
cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat
Dextrose 5%.
·
Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
·
Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
·
Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
2. Tahap
penyesuaian terhadap pemberian makanan
·
Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/
kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg
BB/ hari.
·
Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/
hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
·
Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.
G.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik
·
Mengukur TB dan BB
·
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB
(dalam meter)
·
Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat
diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit
banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm
pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
·
Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak
berlemak).
2.
Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin,
nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan
perkenalan & kontak dengan klien tentang : nama perawat, nama klien,
panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik
yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data
yang di dapat.
2. Alasan Masuk
Tanyakan
kepada klien / keluarga yang datang :
·
Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah
sakit ini?
3. Focus pengkajian
marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :
a. Data Subjektif
1)
Rasio berat badan
2)
Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
3)
BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan
& bentuk tubuh yang normal.
4. Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas
tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak lesu dan tidak bergairah
& pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.
5. Masukan atau intake nutrisi
Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang
dianjurkan.
Melaporkan / terlihat kurang makan.
Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.
6. Pengetahuan tentang nutrisi
Memperlihatkan /
terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan kesehatan.
a. Data Objektif
1.
Data umum
a. Perubahan rambut
Warnanya lebih muda (coklat,
kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah lepas bila ditarik).
b. Warna kulit lebih
muda
Seluruh tubuh /
lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda daripada warna kulit anak sehat.
c. Tinja encer
Disebabkan
gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d. Adanya ruam “bercak bersepih”
Noda warna gelap pada kulit, bila
terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda / bahkan ulkus di
bawahnya.
e. Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f. Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung kalori
dan protein.
g. Adanya perut yang membuncit atau
cekung dengan gambaran usus yang jelas.
h. Adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin.
i . Mulut dan gigi
Adanya tanda luka di sudut-sudut
mulut.
j. Kaji adanya anoreksia, mual.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan
berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan
dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang nya informasi.
C.
Rencana perawatan
NO
|
No dx kep
|
Tujuan & kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
I
|
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral
|
1. Dapatkan riwayat diet
2. Dorong orangtua atau anggota
keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3. Sajikan makan sedikit tapi sering
4. Sajikan porsi kecil makanan dan
berikan setiap porsi secara terpisah
|
1.Untuk
mengetahui asupan kalori
2.untuk
meningkatkan selera makan
3.meningkatkan
asupan nutrisi
4.proses
penyembuhan pada anak
|
2.
|
II
|
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu,
turgor kulit baik.
Intervensi :
|
1. Monitor tanda-tanda vital dan
tanda-tanda dehidrasi
2. Monitor jumlah dan tipe masukan
cairan
3. Ukur haluaran urine dengan akurat
|
1.mengetahui keadaan umum
2.mengetahui intake dan output
Cairan dalam tubuh
3. mengetahui output cairan dalam tubuh
|
3.
|
III
|
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
|
1. Monitor kemerahan,
pucat,ekskoriasi
2. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan
lotion setelah mandi
3. Massage kulit Kriteria hasil
ususnya diatas penonjolan tulang
|
1.mengetahui keadaan umum
2.untuk meningkatkan personal hygiene
3.mempelancar peredaran darah
|
4.
|
IV
|
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas
normal
|
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
2. Pastikan semua alat yang kontak
dengan pasien bersih/steril
3. Instruksikan pekerja perawatan
kesehatan dan keluarga dalam prosedur control infeksi
Be4. antibiotik sesuai program
|
1.meningkatkan kebersihan personal
2.mencegah terjadinya infeksi
3.meningkatkan pengetahuan pada keluarga
4.sesuai dengan program
|
5.
|
V
|
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil : Menyatakan kesadaran dan perubahan pola
hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
|
1. Tentukan tingkat pengetahuan
orangtua pasien
2. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab
pertanyaan sesuai indikasi
3. Dorong konsumsi makanan tinggi
serat dan masukan cairan adekuat
4. .
Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien
|
1.agar keluarga pasien mengetahui kesehatan lebih
lanjut
2.program kesehatan
3.proses pemulihan penyakit
4.meningkatkan pengetahuan orang tua
|
1. Mendapatkan
riwayat diet
2. Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain
untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3. Meminta
anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
4. Mengunakan
alat makan yang dikenalnya
5. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan
bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
6. Menyajikan
makansedikit tapi sering
7. Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan
setiap porsi secara terpisah
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi
apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu meningkatkan masukan
oral.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Marasmus
adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita
terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan
multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan
faktor lingkungan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan untuk
menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.
Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan pelayanan
kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet,
tinggi kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi
atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan rehabilitasi.
Sekian
banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus maupun marasmus
kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia belum dapat
menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan kesadaran
gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan terhadap status
gizi dapat berlangsung lebih dini.
B. SARAN
untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya
berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah
ini.terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R. E. 1999. Ilmu
Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol
1. Jakarta:EGC
Johnson, Marion dkk.
2000. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Mosby
Lubis, N. U. 2002.
Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita. http://www.cerminduniakedokteran.com. diperoleh tanggal 4 Juni 2008
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,
Jilid 2. Jakarta: Media Aescullapius.
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey,
Joanne C. 1996. Nursing Interventions
Classification
(NIC). Mosby
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &
Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar